3/17/2013

BHINEKA TUNGGAL IKA dan PANCASILA dalam Pemahaman yang Lebih Sederhana

Bandung sekarang tidaklah sama dengan Bandung waktu jaman kita SD, Bandung sekarang panas, Bandung sekarang egois tidak sejuk dan ramah penuh tatakrama dan kesopanan seperti Bandung tigapuluh tahun yang lalu. Bandung semakin hari semakin sempit, pesonanya terkikis dan daya tariknya pudar.

Sebuah tanda tanya besar, kenapa jadi seperti ini? Mungkin karena semakin hari jumlah penduduk semakin bertambah atau mungkin kebutuhan untuk bertahan hidup juga semakin banyak. Padahal “Pada tahun 1990 bandung pernah menjadi salah satu kota paling aman di dunia berdasarkan survey majalah Time”. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung)

Tidak berlebihan memang, karena “Ki Sunda” (masyarakat Bandung) terkenal “Someah hade kasemah” sebuah peribahasa sederhana untuk menggambarkan masyarakat bandung secara utuh. “Someah” artinya ramah, “Hade” artinya baik, “kasemah” artinya “pada kaum pendatang atau tamu.
sifat ramah dan baik hati pada kaum pendatang atau tamu, sudah menjadi budaya lokal. Bayangkan leluhurnya Ki Sunda sudah paham bahkan mengamalkan moral-moral dalam kehidupan yang berpancasila. Mereka mengerti akan arti “BHINEKA TUNGGAL IKA” dalam pemahaman yang lebih sederhana, mereka menanamkan dalam budi pekerti hingga menjadi sifat  Ki Sunda secara menyeluruh.

Satu hal lagi Ki Sunda terkenal mempunyai budaya kesopanan, toleransi yang tinggi, saling mengormati dan menghargai. 

Namun kita berbicara sekarang, dimana nilai-nilai itu semakin hari semakin terkikis. Dimana egoisme adalah dewa yang harus disembah, egoisme diatas egoisme, yang kemudian membentuk masyarakat individual. sering kita lihat seorang pemuda duduk tenang sepanjang perjalanan Kereta api lokal KRD sementara di depannya seorang nenek bersusah payah berdiri mencoba membuat dirinya seimbang dari goncangan kereta yang sempit dan berdesak desakan, memang itu bukan hal baru dan aneh tapi itulah inti permasalahannya, dimanakah keramahan, sopan santun, tatakrama, dimanakah pendidikan moral Pancasila yang sudah menjadi ciri khas ki sunda.

Belum lagi angka kriminalitas. Dari sebuah situs resmi kepolisian Jawa Barat tercatat sepanjang Januari hingga Juli 2012 wilayah hukum Polrestabes Bandung menduduki peringkat tertinggi dibanding kota-kota lainnya di Jawa Barat angka kriminalitas lebih menonjol. dari 220 kasus curas, selain Kota Cirebon, dan Kota Tasikmalaya, wilayah hukum Polrestabes Bandung termasuk katagori paling tinggi angka kriminalitasnya. (sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Jawa Barat. http://www.lodaya.web.id/?p=10963).

Jangan lupa di Bandung juga ada genk motor, aktivitas mereka cukup meresahkan masyarakat. Ini bertolak belakang dari hasil survey majalah time tahun 1990. Kita harus menerima Bandung bukan lagi kota teraman di dunia, bukan lagi kota “someah Hade ka Semah” yang selama ini menjadi trade mark kota Bandung.

Ki Sunda hampir kehilangan sifat leluhur mereka, budaya itu tergantikan dengan budaya formalitas, basa-basi, kosong tidak ada isi. Meski demikian kita jangan terlalu pesimis karena nilai-nilai itu belumlah hilang tinggallah peran kita sebagai generasi penerus untuk kembali melestarikan sifat luhur para leluhur, sifat yang sejalan berbanding lurus dengan pedoman Negara kita yaitu pancasila.

Tidak ada komentar: