Duhai Markonah istriku,
Aku menatapmu saat tidurmu, lelah siangmu, rasa itu tergurat
dari wajah itu, wajah cantikmu yang sudah tak cantik, wajah mudamu yang sudah
tidak muda, wajah yang tidak ada senyum.
Duhai Markonah istriku, ingin ku pindahkan lelahmu ke
lelahku, andai saja malam ini adalah milikku, akan ku panjangkan untuk mengurangi
lelahmu, lalu kuciptakan mimpi terindah untuk membahagiakanmu….
Markonah sayang, jangan bilang ibumu aku telah menyusahkanmu… dulu aku pernah berjanji untuk membahagiakan dirimu, maaf janji itu masih belum bisa aku hadirkan untukmu…
Markonah maafkan aku merebutmu dari orang yang mencintaimu…
mengajakmu ke medan perang ini, medan yang tidak ramah untukmu… kadang kau
terluka, kadang kau menangis dan tersungkur… kadang kau iri, saat tetangga kita
ceu Julaeha dihadihi tipi Politron 22 inc oleh kang Maman suaminya, kau hanya
memandang punggungku dari balik jendela berharap aku pulang membawa hal yang
sama, kau hanya menahan kata dibalik tangismu.
Aku ingin menangis untukmu, aku ingin menangis untuk diriku
yang belum bisa membuat kau bahagia dalam harta…
Tiba tiba kau terjaga, melemparkan senyum manis khas dirimu…
“barusan aku bermimpi indah…” katanya
“oh ya… mimpi apah…?”
kita berdua makan karedok di taman bunga yang indah penuh
bunga… kupu-kupu terbang beraneka warna, kijang muda saling berkejaran lincah,
jinak dan lucu… dan kau menari india…”
Aku tertawa, Dia tertawa…
Ternyata Dialah yang telah membuat dirinya bahagia dengan
cara-Nya bukan aku, bukan dengan caraku…
28 februari 2013 (02:44) dini hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar